Jumat, 20 Februari 2015

secercah penjelasan atas pertanyaan

Manusia hanya berusaha dan Allah Swt lah yang menentukan, artinya : ketika seorang ingin melakukan sesuatu, contoh : akhi Raja ingin menikahi seorang wanita soleha, tentu akhi raja harus memiliki usaha untuk bisa menggapainya, cthnya : akhi datang kerumahnyaa menjumpai keluarganya terus mengkhitbahnya, adapun hasilnya DIterima ataupun ditolak, itu adalah ketentuan ataupun kehendak Allah Swt, karena memang manusia itu hanya bisa berusaha sedangkan Allah Swt yang menentukannya.........usaha dan keinginan serta kehendak pada manusia itu bergantung atas kehendak Allah Swt dan bukan mutlak hanya urusan manusia saja...contohnya : akhi raja berkehendak untuk menikahi wanita seleha, sedangkan Allah Swt tidak menghendaki akhi menikah dengan wanita soleha, maka kehendak Allah Swt lah yang terjadi, dan akhi tidak jadi menikah dengan wanita soleha tersebut karena Allah Swt tidak menghendaki....makhluq berkehendak dan Allah berkehendak namun kehendak Allah Swt yang terjadi...sedangkan usaha atau keinginan itu bukanlah termasuk sesuatu yang diciptakan karena usaha atau keinginan itu perkara i'tibari, artinya tidak ada wujudnya dikenyataan krn itu hanya kecenderungan yang ada didalam hati untuk melakukan sesuatu perkara apapun..sedangkan hasil perbuatan yang terjadi, tentu itu ciptaan Allah Swt krn Hanya Allah Swt sajalah Sang pencipta..namun tetap saja perbuatan itu dinisbahkan kepada manusia karena manusia yang melakukannya..cntoh : seorang mulim sholat, yang sholatkan manusia bukan Allah Swt?! terus contoh lagi : manusia mencuri tentu yang mencuri itu manusia bukan Allah Swt , dan seterusnya....dan dihari kiamat nanti Manusia dihisab dari usaha atau keinginannya, sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk menuntut Allah Swt dengan alasan Allah Swt yang menciptakan , mudah2an bisa dipahami ..Wallahu'alam

13 komentar:

  1. assalamu'alaikum
    maaf saya panggil Teungku atau ustadz
    sedikit2 saya mulai paham dari penjelasan ustadz,jadi kasbun atau perkara amrun i'tibari tumbuh dengan sendirinya dalam jiwa manusia bukan allah yang mengilhami dalam jiwa manusia.
    mohon tanggapannya mungkin salah
    wassalam

    BalasHapus
  2. kasbun dalam artian amrun i'tibari maksudnya Tidak diciptakan, dan wujudnya tidak ada didunia nyata, namun adanya itu hanya dalam pikiran. dan tentunya Allah Swt menciptakan segala sesuatu yang mumkinaat, dan sedangkan amrun i'tibari bukanlah sesuatu, maka, bisa dikatakan bahwa amrun i'tibari ini bukanlah makhluq atau diciptakan.

    BalasHapus
  3. Waalaikumussalam wr wb..maaf jawab salamnya ketinggalan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. assalamu'alaikum ustaz
      Saya pernah mendengar pendapat yang membedakan I'tiqad ahlulsunnah dan jabariyah adalah
      jabariyah tdk mengi'tibar keinginan manusia tsb. karena itu golongan jabariyah mengi'tiqad tidak ada taklif (pembebanan hukum), berbeda dgn ahlussunnah yang mengi'tiqad adanya taklif karena ada keinginan (ikhtiyar).
      mohon tanggapannya
      wassalam

      Hapus
  4. Waalaikumussalam wr wb.......dan diantara pendapat jabariyah, bahwa Pahala dan Siksaan adalah paksaan, sebagaimana perbuatan manusia Paksaan maka taklif juga kalau begitu paksaan..........Dan manusia tidak ada baginya pilihan dan kesanggupan dan kehendak serta kasbun...Semuanya Terpaksa.

    BalasHapus
  5. Dan salahsatu hujjah jabriyah adalah, Tidak ada artinya seorang hamba itu disebut Pelaku dengan ikhtiyarnya, kecuali perbuatan dan al-qosdu, serta irodah manusia itu sendiri yang menciptakan.

    BalasHapus
  6. Assalamu'alaikum
    Terima kasih banyak atas penjelasannya.kalau ustaz tidak keberatan tolong penjelasan sedikit makna WUJUD.
    Bagaimanakah pemahaman wujud dalam sifat 20.
    Ada yg mengatakan wujud adalah HAL,sesuatu yg tidak dapat di lihat atau di raba,ada juga pendapat wujud adalah a'in zat atau a'in maujud atau wujud benda itu sendiri juga tidak bisa di lihat.jadi apapun yang terlihat oleh mata kita adalah sifat dari benda itu,yang manakah wujud
    Mohon penjelasannya beserta ilustrasinya.maaf mungkin ada yang salah dari kata2 saya.
    wassalam,semoga ustaz dalam keadaan sehat selalu

    BalasHapus
  7. Waalaikumussalam wr wb...Terimakasih kembali...insya Allah, mengenai pembahasan tentang wujud, saya akan bahas sebagaimana yang sy ketahui,

    Secara umum. pendapat asyoiroh mengenai wujud, adalah sesuatu yang wujudnya atau dzat nya itu ADA direalita.

    Dan para Ulama juga ada membagi tingkatan wujud itu sendiri, dan diantara tingkatan'' itu

    1. Wujud di ujung jari adalah dengan Tulisan

    2. Wujud di lisan dengan Ungkapan'' yang keluar dari lisan.

    3. Wujud dihati, akal atau ruh adalah dengan menggambarkan atau tashawur

    4. Wujud di Realita yang bisa dilihat dengan mata kita, dan wujudnya ada direalita.

    dan keempat ini adalah hasil dari pemahamanku dari' bait'' dibawah ini

    الوجودات أربع : وجود في البنان بالكتابة, ووجود في اللسان بالعبارة, ووجود في الجنان بالتصور, ووجود في العيان بالتحقق خارجا

    Dan Imam suyuthi menuliskan nadzomnya :

    مراتب الوجود أربع فقط حقيقة, تصورا, لفظ. فخط

    singkatnya wujud itu ada berupa hakikat, gambaran atau hayalan. dan berbentuk lafas serta tulisan.

    BalasHapus
  8. Dan sedangkan pembahasan wujud sebagai salahsatu sifat bagi Allah Swt. memang diantara para Ulama ada perbedaan pendapat, apakah wujud itu Sifat, ataukah wujud itu Dzat atau yg masyhurnya 'ainun maujud.. dan adalagi yang berpendapat wujud itu Hal. hal disini bukan artinya tidak bisa dilihat atau diraba, namun yang dimaksud dengan Hal disini adalah TIDAK Wujudi dan Tidak adami, dia dipertengahan antara ADA dan Tiada, derajatnya tidak sampai Wujud (ada) dan juga tidak sampai dkatakan adami (tiada).

    Dan yang mengatakan wujud itu adalah sifat, diantaranya adalah Imam Fakhru Razi Ra, beliau berpendapat bahwa wujud itu adalah sifat dan bukan Dzat, dengan dalil bahwa ketika berbicara tentang wujud tentu manusia dan Khaliq ada istyrok lafas wujud. penjelasannya begini :

    Wujud > Allah Swt , dan Makhluq

    Wujud > Allah Swt berbeda dengan makhluq

    Wujud > Allah Swt Qodim

    Wujud > manusia atau makhluq Hadist (baharu)

    BERARTI bila wujud itu berbeda tentu pasti wujud itu sifat dan bukan Dzat...mudah2an bisa dipahami ya pak :)....sebenarnya pembahasan ini lebih ahsan dibahas secara talaqqih biar bisa mudah dimengerti.


    Dan Sedangkan yang mengatakan bahwa Wujud itu adalah Dzat atau 'ainun Maujud adalah Imam Abu hasan Asyari. beliau berpendapat bahwa Wujud itu ya Dzat itu sendiri, sebagai contoh : ADA SEBUAH GELAS YANG BAPAK RAJDZA PEGANG...GELAS ADA, ADA GELAS..coba bapak buang gelas itu dari tangan bapak, apakah gelas itu masih ada? tentu jawabannya tidak ada..ADA dan Gelas itu sudah tidak ada, berarti Ada itu ya gelas itu..kira'' bisa dipahami ya pak ?? hehehe....

    Dan sedangkan yang mengatakan Hal.ini pendapat yang tidak dipegang, dan bahkan Hal itu tidak ada dalam artian mustahil.

    mungkin ini hanya sekilas ingatanku mengenai pembahasan tentang Wujud.. Barakallahu fik

    BalasHapus
  9. Dan tambahan : bahwa Wujud itu 'Ainun Maujud, bukan bermakna tidak bisa dilihat, tentu kita mengimani bahwa Mukmin akan melihat Tuhannya.

    Artinya seorang mukmin bisa melihat Tuhannya karena memang Tuhannya Ada.

    mudah''han kita termasuk hamba Allah yang diberi kenikmatan melihat akan Dzatnya..Ya Rabb.

    BalasHapus
  10. terimakasih atas penjelasannya
    Saya pernah dengar pendapat yang Wajib Wujud adalah ALLAH,apakah bisa di katakan wujud makhluk adalah cerminan atau bayangan dari wujud dzat yg hakiki.
    Satu lagi ustazd bagaimanakah pandangan ustaz tentang Wahdatulwujud ibnu arabi.
    Tanggapan ustazd sangat bermanfaat bagi saya.
    Wassalam

    BalasHapus
  11. Sama'' terimakasih...

    Wajib Wujud itu memang Allah Swt, dalam artian Allah Swt wajib ada, sedangkan makhluk jai'z atau boleh ada dan boleh tidak ada.

    dan bila dikaitkan wujud makhluk itu adalah cerminan atau bayangan dari wujud yg hakikih Allah Swt, dengan pengertian makhluk menyatu dengan Tuhan, atau makhluk itu adalah Tuhan itu sendiri, maka ini tertolak dan bhatil serta sesat dan kafir.

    Namun bila maksudnya wujud makhluk ini cerminan atau bayangan dalam pengertian sebagai dalil atau bukti atas adanya Sang Pencipta, ini bisa diterima, karena salahsatu dalil secara ijmali dalam mengenal Tuhan.

    Wahdatul wujud Ibnu 'Arabi tidak ada masalah disitu,

    yang bermasalah itu wahdatulmaujud, yang berkonsekuensi ada Penyatuan antara makhluk dan Tuhan, sehingga makhluk itu Tuhan, Tuhan itu makhluk..dan sebagainya..Wallahu 'alam


    BalasHapus
  12. Tapi menurut pengetahuanku Ibnu 'Arobi tidak pernah menamakan istilah wahdatulwujud, karena isu'' wahdatulwujud itu datangnya era setelah wafatnya beliau, dan yang mempopulerkannya adalah salah satu murid Ibnu Arobi itu sendiri..

    BalasHapus