Untuk mempersingkat, penulis tidak berpanjang lebar
menuliskan sejarah maupun biogarafi ‘ulama-‘ulama salafi, dikarenakan waktu
yang terbatas dan juga tentunya untuk menghemat energy didalam kesibukan yang
selalu menuntut, mungkin pembahasan mengenai keterkaitan tentang faham salafi, langsung
saja ke inti sari-nya. Menurut sependek pengetahuan penulis dari hasil membaca
beberapa buku kalangan salafi, maupun terjun langsung berdiskusi dengan oknum-oknum
salafi, penulis berkesimpulan, bahwa methode yang digunakan aliran salafi dalam
menyikapi ayat-ayat shifat (khabariyah) adalah, dengan meng-istbatkan (istbat)
makna dzhohir seraya tidak menyerupakan namun ada sesuatu sisi persamaan. Mari
kita simak bagaimana sebenarnya methode yang digunakan kelompok kalangan salafi dalam
menyikapi ayat-ayat shifat (khabariyah) dalam berkeyakinan.
Shaikh Utsaimin berkata dalam kitba aqidah washtiyah-nya.
إن الله عز وجل له وجه وله بد وله رجل عز
وجل, لكن لا يلزم من أن تكون هذه الأشياء مماثلة للإنسان, فهناك شيء من الشبه, لكن
ليس على سبيل المماثلة.
Beliau berkata : Sengguhnya
Allah Azza wa Jalla mempunyai wajah, dan mempunyai tangan mempunyai kaki Azza
wa Jalla, akan tetapi tidak berkonsekwensi serupa dengan manusia, namun ada
sisi persamaan disana, Tapi tidak dalam konteks penyerupaan. (terjemah bebas)
Dari pernyataan
Utsaimin Rh diatas, penulis menyimpulkan bahwa mereka telah menggunakan methde
istbat dalam ayat-ayat shifat (khabariyah) dan jelas berbeda dengan methode
Imam asy’ary dan kalangan salaf al-sholeh yang menggunakan tahfwid dan takwil
sebagaimana yang telah penulis terangkan dari pembahasan sebelumnya. Sejatinya,
pernyataan yang dikemukakan oleh Utsaimin Rh tersebut hanyalah mengikut oleh
para pendahulunya Shaik Ibnu Taimyah Rh, dan shaik Muhammad abdul wahhab atau
panggilan terkenalnya “Wahabi”. Dan tentunya di amini oleh para ‘ulama-‘ulama
salafi lainnya, bahkan memang seperti itu lah keyakinan mereka, tidak heran
bila cendikiawan muslim yang berafiliasi salafi di Indonesia mengadopsi
faham-faham yang demikian adanya.
Mungkin untuk
pembahasan faham salafi kali ini, sementaa dicukupkan sampai disini saja,
karena sebenarnya, pernyataan Utsaimin Rh diatas, sudah mewakili faham salafi
dalam menyikapi ayat-ayat shifat (khabariyah) dalam Alquran, kendatipun penulis
mengutip dari ‘ulama salafi lainnya, tentu ujung-ujungnya sama persis dengan
pernyataan Utsaimin diatas. Dan pastinya, inti sari dari pemahaman dan methode
terkait, sudah sampai kepada penulis dan rekan pembaca.
Kesimpulan
Telah sama-sama kita
ketahui, ada sisi perbedaan antara faham asy’ari dan salafi dalam menentukan
methode yang berkaitan dengan ayat-ayat shifat (khabariya) dalam alquran.
Methode Imam Asya’ari
terangkum dengan dua methode, yang pertama Tafhwid, serta yang kedua Ta’wil.
Sedangkan methode salafi yang pertama Istbat yang kedua tidak tafhwidh dan tidak
ta’wil.
Ini saja lah yang bisa
penulis sampaikan mengenai pembahasan seputar faham asy’ari dan salafi, semoga
tulisan yang singkat ini, bermanfaat bagi penulis dan para rekan pembaca, wa
akhirul kalam, lebih dan kurang penulis haturkan permohonan maaf, karena
sesungguhnya Hanya Allah Swt sajalah yang Maha Sempurna,
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ
أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
(alquran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar