A. Dasar Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagai salah
satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah Alquran dan Hadis Nabi
Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim
kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian
yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan;
kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata
(Muhammad Syaltut).
Oleh karena pendidikan termasuk amal nyata, maka
pendidikan tercakup dalam bidang syariah. Bila diklasifikasikan lebih
lanjut, termasuk dalam sub bidang muamalah.
Dalam Alquran (Q.S. 31:
12-15). Banyak ayat yang berkenaan dengan pendidikan. Tim penyusun buku
Ilmu Pendidikan Islam memberikan contoh dengan menggunakan kisah Lukman
ketika mendidik anak-anaknya (Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama,
1982/1983:20).
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar
materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial,
dan ilmu pengetahuan.
Sebagai bantahan pendapat yang meragukan
terhadap adanya aspek pendidikan dalam Alquran. Abdul Rahman Saleh
Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari kata
“Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Alquran; demikian
pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Alquran menunjukkan bahwa
dalam Alquran tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada
pendidikan (Departemen P & K, 1990:291).
Hadis, juga banyak
memberikan dasar-dasar bagi pendidikan Islam. Hadis sebagai pernyataan,
pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw., merupakan sumber
ajaran Islam yang kedua sesudah Alquran.
Di samping Alquran dan
hadis sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih
memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Alquran dan
hadis, berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering
pula dianggap sebagai dasar pendidikan Islam (Proyek Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama: 21). Akan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar
adalah tempat berpijak yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam
hanyalah Alquran dan hadis Nabi Muhammad saw.
B. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan sebagai usaha normatif, maka tujuannya pun normatif
(Abdurrahman Getteng, 1996:14). Oleh karena itu berbicara tentang tujuan
pendidikan, baik pendidikan Islam maupun pendidikan lainnya, para ahli
membagi dengan pembagian yang berbeda. Langevel misalnya, sebagaimana
yang dikutip oleh Mappanganro, bahwa tujuan pendidikan diklasifikasikan
kedalam enam bagian yaitu: 1) Tujuan umum 2) tujuan khusus 3) tujuan
seketika 4) tujuan sementara 5) tujuan tidak lengkap, dan 6) tujuan
perantara (Mappanganro, 1987 : 107).
Dilihat dari ilmu pendidikan
teoretis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya tujuan
intermediair (sementara atau antara), yang dijadikan batas sasaran
kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat
tertentu, untuk mencapai tujuan akhir.
Adapun tujuan akhir
pendidikan Islam adalah pada hakikatnya merupakan realisasi dari
cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi kesejahteraan umat
manusia sebagai hamba Allah Swt., lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Tujuan akhir pendidikan Islam telah disusun oleh para ulama dan ahli
pendidikan Islam dari semua golongan dan mazhab dalam Islam.
Pendidikan Islam berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat
pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang
berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami naik turun,
bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan,
lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah
pendidikan Islam berlaku seumur hidup untuk menumbuhkan, memupuk dan
mengembangkan, serta memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan
Islam yang telah dicapai. Orang yang sudah takwa dalam bentuk Insan
Kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan
penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaannya supaya tidak luntur
dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bahkan
pendidikan dalam bentuk formal.
Sebagaimana Rumusan Hasil Keputusan
Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung
Bogor. Pada saat itu berkumpullah ulama ahli pendidikan Islam dari semua
lapisan masyarakat Islam dan telah berhasil merumuskan tujuan
pendidikan Islam yakni tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa
dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia
yang berkepribadian dan berbudi pekerti luhur menurut ajaran Islam.
Tujuan tersebut ditetapkan berdasarkan atas pengertian bahwa “Pendidikan
Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan ruhani dan jasmani menurut
ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam (M. Arifin, 1994 : 41).
Rumusan lain
tentang tujuan pendidikan Islam oleh Oemar al-Toumy al-Syaibany sebagai
berikut: “Tujuan pendidikan Islam adalah perubahan yang diinginkan dan
diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk
mencapainya, baik tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau
kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar di mana individu itu hidup
atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai
suatu tindakan kegiatan asasi dan sebagai proporsi di antara profesi
asasi dalam masyarakat” (Arifin : 42).
Tujuan-tujuan tersebut dapat
paralel dan dapat pula pada urutan satu garis (linier) dalam hal ini,
terdapat tujuan yang dekat, lebih jauh atau dalam istilah lain terdapat
beberapa tujuan sementara atau tujuan akhir pendidikan Islam. Fungsi
dari pendidikan Islam adalah memelihara arah usaha itu dan mengakhiri
setelah tujuan itu tercapai. Fungsi tujuan sementara ialah membantu
memelihara arah usaha dan menjadikan titik berpijak untuk mencapai
tujuan-tujuan lebih lanjut dari tujuan akhir. Pendidikan Islam ialah
usaha yang bertujuan banyak dalam urutan satu garis (linier), sebelum
mencapai tujuan akhir, pendidikan Islam lebih dahulu mencapai beberapa
tujuan sementara (Ahmad D. Marimba, 1981 : 46).
Tujuan pendidikan
Islam identik dengan tujuan hidup seorang muslim. Bila pendidikan
dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada
tercapainya tujuan pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh
pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai
ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan. Nilai-nilai
ideal itu mempengaruhi dan mewarnai pola kehidupan manusia, sehingga
menggejala dalam perilaku lahiriahnya, dengan kata lain perilaku
lahiriah adalah cermin yang memproyeksikan nilai-nilai ideal memacu di
dalam jiwa manusia sebagai produk dari proses pendidikan.
Pendidikan
Islam juga mempunyai tujuan yang sesuai dengan falsafah dan pandangan
hidup yang digariskan Alquran. Ibnu Khaldun mengatakan sebagaimana
dikatakan oleh Ramayulis bahwa tujuan pendidikan Islam mempunyai dua
tujuan. Pertama tujuan keagamaan, maksudnya beramal untuk akhirat,
sehingga ia menemui Tuhannya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang
diwajibkan ke atasnya. Kedua, tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan,
yaitu apa yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan
kemanfaatan atau persiapan untuk hidup (Ramayulis, 1994:25-26). Demikian
pula Abdullah Fayad menyatakan bahwa pendidikan Islam mengarah pada dua
tujuan. Pertama, persiapan untuk hidup akhirat; kedua, membentuk
perorangan dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk menunjang
kesuksesan hidup di dunia (Ramayulis: 26-27). Semua rumusan tujuan yang
dikemukakan di atas sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Tujuan
pendidikan Islam adalah mengandung tentang nilai-nilai ideal yang
bercorak Islami. Hal ini mengandung bahwa tujuan pendidikan Islam tidak
lain adalah: Tujuan merealisasikan idealitas Islami. Sedangkan idealitas
Islami itu sendiri pada hakikatnya mengandung nilai perilaku manusia
yang disadari atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah sebagai
sumber kekuasaan yang ditaati (Arifin, 1994 : 119).
Selanjutnya
al-Gazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama
ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah Swt., dari kesempurnaan insani
yang tujuannya kebahagiaan dunia dan akhirat (Ramayulis : 26). Selain
dari pandangan yang dikemukakan oleh al-Gazali tentang tujuan pendidikan
Islam. Al-Gazali merumuskan tujuan umum pendidikan Islam kedalam lima
pokok: 1. Membentuk akhlak yang mulia (al-fadhilah); 2. Persiapan untuk
dunia dan akhirat; 3. Persiapan untuk mencari rezki dan pemeliharaan
segi-segi pemanfaatannya. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat
membawa manusia kepada kesempurnaan; 4. Menumbuhkan ruh ilmiah para
pelajar dan memenuhi keinginan untuk mengetahui serta memiliki
kesanggupan untuk mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu; 5. Mempersiapkan
para pelajar untuk suatu profesi tertentu sehingga ia mudah mencari
rezki (Ramayulis).
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pendidikan
adalah salah satu faktor determinan dalam pendidikan pada umumnya.
Secara khusus dalam pendidikan Islam, yang menjadi tujuan utama adalah
terbentuknya akhlak yang mulia (akhlak al-karimah).
Berbagai aspek
yang harus dilihat dalam rangka penetapan dan pemantapan tujuan
pendidikan tersebut termasuk pendidikan Islam. Aspek-aspek yang dimaksud
adalah berkaitan dengan berbagai hal yang harus diperhatikan dalam
hubungannya dengan subjek dan objek didik.
Sebagai titik akhir yang
ingin dicapai adalah kesempurnaan jiwa manusia. Kesempurnaan jiwa
diasumsikan sebagai suatu capaian yang harus diraih oleh segenap usaha
manusia. Oleh karenanya perangkat pendidikan yang direkayasa senantiasa
mencerminkan daya dukungnya terhadap tujuan itu.
Dengan kondisi
ideal seperti itu menurut para ahli pendidikan Islam, manusia harus
diarahkan ke arah pencapaian kualitas tertentu yang dapat digunakannya
dalam kehidupan ini. Berbagai penelitian yang telah dikemukakan untuk
mengkaji sekitar tujuan umum pendidikan Islam yang bersumber dari
kenyataan-kenyataan serta pemikiran-pemikiran yang berkembang sekitar
pendidikan Islam.
AR. Nahlawi, menyatakan bahwa tujuan umum
pendidikan Islam adalah: 1) meningkatkan kemampuan akal dan menumbuhkan
pikiran, 2) menumbuhkan potensi-potensi bakat yang dibawa sejak lahir,
3) mengembangkan potensi generasi muda, dan 4) menjaga keseimbangan
potensi dan bakat manusia. Akal merupakan anugrah pemberian Tuhan yang
dikhususkan kepada manusia sebagai jenis makhluk yang mengembang tugas
berat dan mulia. Oleh karena pengembangan akal manusia harus menjadi
prioritas dalam tujuan pendidikan (AR. Nahlawi, 1865 : 67).
Hal
tersebut dapat dikomentari bahwa pakar tersebut menekankan lebih banyak
kepada peranan akal dalam kehidupan manusia. Fungsi akal yang
dimanifestasikan lewat kemampuan berpikir dapat menjadi sarana untuk
memecahkan berbagai masalah kehidupan. Demikian juga dapat mengembangkan
potensi berupa bakat yang ada dalam diri setiap orang.
Lain halnya
dengan al-Jamali mengemukakan bahwa tujuan-tujuan pendidikan Islam
hendaknya diambil dari Alquran sebagaimana telah disebutkan beberapa
tujuan dimaksud adalah: 1) Menyadarkan manusia tentang posisinya di
antara makhluk yang lain, 2) Memperkenalkan tanggung jawab yang diemban
oleh manusia dalam kehidupan diri dan sosialnya, 3) Mendalami hikmah
penciptaan makhluk lain berupa alam dan segala isinya yang digunakan
oleh dan untuk kepentingan manusia, 4) Memperkenalkan keagungan pencipta
alam raya ini (Nahlawi : 62).
Dari gambaran tujuan yang dirumuskan
oleh Nahlawi tersebut tampaknya dapat didekati dengan pemahaman yang
berdimensi internal. Bahwa dalam diri manusia harus ditumbuhkan keadaan
yang mendalam tentang berbagai hal, baik yang menyangkut eksistensinya
maupun tanggung jawabnya secara hakiki. Bahkan sebagai makhluk Tuhan,
manusia perlu memiliki suatu pandangan yang benar tentang akidah dan
keyakinan kepada Allah Sang Maha Pencipta yang dapat didekati lewat
atribut-atribut alamiah yang mudah dipahami.
Jika dipelajari
karya-karya al-Gazali tentang pendidikan dan pengajaran, akan ditemukan
dua tujuan pendidikan yang hendak dicapai, yakni; 1) Kesempurnaan
manusia, yang puncaknya adalah kedekatan dengan Allah, dan 2) Kesempatan
manusia yang puncaknya adalah kebahagiaan dunia dan akhirat (Fathiyah
Hasan Sulaiman, 1964 : 12).
Berdasarkan tujuan tersebut tampaknya
al-Gazali melakukan upaya dan menjabarkannya dalam berbagai bentuk
pengajaran yang menurutnya dapat dan mampu mendekati puncak pencapaian
tujuan-tujuan tersebut.
Dari pandangan di atas dapat dipahami
sebagaisuatu kebulatan yang pada dasarnya tidak bertentangan satu sama
lain. Mereka saling melengkapi guna mendapatkan rumusan tujuan ideal
yang hendak dicapai oleh segenap usaha dan proses pendidikan Islam.
Rumusan tersebut bila dicermati, berakar dari petunjuk-petunjuk Alquran
serta berakar pada pengalaman historis dalam pelaksanaan pendidikan
Islam hingga kini.
Dengan memperhatikan kerangka tujuan yang dikutip
di atas, juga tergambar secara umum bahwa sistem pendidikan Islam
memiliki ciri khas yakni dengan warna religius serta dilengkapi
dengankerangka etis tanpa mengenyampingkan kepentingan-kepentingan
duniawi. Apabila ditelusuri lebih jauh tentang kecenderungan al-Gazali
dalam praktek dan proses pendidikan yang dilakukannya, tampak dengan
jelas adanya aksentuasi ke arah bidang ruhani sebagai konsekuensi dari
pandangan dalam bidang filsafat dan sufistik. Penjelasan Fathiyah Hasan
tersebut menyimpulkan bahwa al-Gazali sebenarnya memiliki tujuan hakiki
yakni mencapai kesempurnaan manusia dunia dan akhirat (Hasan Sulaiman :
20).
Dari berbagai macam tujuan pendidikan dikemukakan di atas kita
dapat mengambil kesimpulan kepada dua macamkesimpulan yang prinsipil
yaitu:
1. Tujuan Keagamaan
Yang dimaksud dengan tujuan
keagamaan ini adalah bahwa setiap pribadi orang muslim beramal untuk
akhirat atas petunjuk dan ilham keagamaan yang benar, yang tumbuh dan
dikembangkan dari ajaran-ajaran Islam yang bersih dan suci. Tujuan
keagamaan mempertemukan diri pribadi terhadap Tuhannya melalui
kitab-kitab suci yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban, sunat dan
yang fardhu bagi seorang mukallaf.
Tujuan ini menurut pandangan
pendidikan Islam dan para pendidik muslim mengandung esensi yang sangat
penting dalam kaitannya dengan pembinaan kepribadian individual ;
diibaratkan sebagai anggota masyarakat yang harus hidup di dalamnya
dengan banyak berbuat dan bekerja untuk membina sebuah gedung yang kokoh
dan kuat. Di sini tampak jelas tentang pentingnya tujuan pendidikan
ini, karena sebenarnya agama itu sendiri mempunyai hubungan yang erat
dengan berbagai aspek pendidikan kejiwaan dan pendidikan kebudayaan
secara ilmiyah dan falsafiyah. Maka dari itu agama mengarahkan tujuannya
pada pencapaian makrifat tentang kebenaran yang haq, yaitu Allah Swt.
Di samping itu tujuan keagamaan juga mengandung makna yang lebih luas
yakni suatu petunjuk jalan yang benar di mana setiap pribadi muslim
mengikutinya dengan ikhlas sepanjang hayatnya, dan juga masyarakat
manusia berjalan secara manusiawi (Ali al-Jumbulati, 2002 : 37).
Dengan demikian agama sebenarnya memberikan berbagai topik pembahasan,
di antaranya yang paling essensial ialah pembahasan dari sudut falsafah,
misalnya agama berusaha memberikan analisis yang benar terhadap
permasalahan wujud alam semesta dan tujuannya, dan agama menetapkan
garis dan menjelaskan kepada kita jalan kebahagiaan hidup manusia di
dunia dan di akhirat. Tentang kehidupan di akhirat filsafat juga
berusaha menganalisis problem-problemnya.
2. Tujuan Keduniaan
Tujuan ini seperti yang dinyatakan dalam tujuan pendidikan modern
saat ini yang diarahklan kepada pekerjaan yang berguna (pragmatis) atau
untuk mempersiapkan anak menghadapi kehidupan masa depan. Tujuan ini
diperkuat oleh aliran paham pragmatisme yang dipelopori oleh ahli
filsafat John Dewey dan William Kilpatrick. Para ahli filsafat
pendidikan pragmatisme lebih mengarahkan pendidikan anak kepada gerakan
amaliah (keterampilan) yang bermanfaat dalam pendidikan.
Dari
ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan akhir pendidikan Islam
adalah kesempurnaan ruh (jiwa) manusia yang pada hakikatnya menjadi inti
keberadaan manusia dalam perjuangan hidupnya mencari keridhaan Allah.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam
pada dasarnya memperoleh tujuan ideal guna mengantarkan dan mengarahkan
manusia dalam upaya memantapkan dan menjaga kesucian jiwanya. Dapat pula
dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim
seutuhnya adalah pribadi yang ideal menurut ajaran Islam yakni,
meliputi aspek-aspek individual, sosial dan aspek intelektual. Semua
aspek itu adalah sesuai dengan hakikatnya sebagai seorang muslim yang
mengabdikan seluruh hidupnya kepada Allah Swt. sesuai tuntunan Alquran.
Sumber : GudangMateriKuliah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar